Inlet Terowongan Selili Longsor, PUPR Samarinda Bangun Ulang

Longsoran Inlet Terowongan Selili, Jalan S Alimuddin.

HARIANRAKYAT.CO, SAMARINDA – Hujan dengan intensitas tinggi membuat terowongan Selili Inlet di Jalan Sultan Alimudin mengalami longsor. Hujan berlangsung antara pukul 04.00 – 11.00 WITA.

Hal ini mengakibatkan terjadinya bencana alam di beberapa titik kejadian, diantaranya banjir dan tanah longsor.
Salah satu lokasi terdampak adalah area lereng inlet tunnel samarinda yang berlokasi di Jalan Sultan Alimuddin.

Kepala Dinas PUPR Kota Samarinda, Desy Damayanti mengatakan, pada lokasi ini, terjadi pergerakan lereng di area sisi kanan portal terowongan. Untuk area lain, baik itu di dalam terowongan ataupun di lereng sisi outlet (Jalan Kakap) tidak terjadi pergerakan apapun dan dinyatakan aman.

Baca juga  DPRD Samarinda Novan Fasilitas RTH Perlu Dukungan

“Sudah dilakukan investigasi terhadap kondisi geologi pada lereng sejak Bulan Februari dan disimpulkan pada sekitar area tersebut (diluar ROW) terdapat area talus deposit atau longsoran masa lampau yang dapat memicu pergerakan lereng,” ucap Desy (12/5/2025).

Telah dilakukan pemetaan geo technical area proyek dengan luasan dan detail pemetaan yang berbeda. Pemetaan pertama dilakukan pada tanggal 16 – 18 Februari dengan hasil : ditemukan adanya talus deposit (material longsoran lampau) di luar ROW yang dapat bergerak kembali dan kemiringan batuan yang menjadi kontrol arah runtuhan batuan.

Baca juga  Pemkot Samarinda Raih Status Kinerja Tertinggi Nasional dalam LPPD 2025

Pemetaan kedua dilakukan pada tanggal 18 April – 3 Mei Lokasi runtuhan mencakup area yang lebih luas, disertai dengan dilakukan test pit untuk mengkonfirmasi luasan dan kedalaman talus deposit. Hasil yang didapatkan atara lain adalah sebaran talus deposit dan luas tangkapan air hujan. Identifikasi Penyebab adalah Intensitas hujan lebat dengan frekuensi tinggi kedua Keberadaan talus deposit pada lereng sisi atas.

Baca juga  Andi Harun Sudah Kantongi 3 Nama Calon Bacawawali Samarinda

“Hasil investigasi kondisi geologi tersebut telah dilakukan diskusi bersama dengan Balai Geoteknik, Terowongan, dan Struktur (BGTS),” ungkap Desy.

Sampai dengan saat ini sedang dilakukan perancangan desain penanganan lereng untuk menangani potensi kejadian serupa. (Adv)

Bagikan: