HARIANRAKYAT.CO, SAMARINDA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memulai langkah besar menuju Generasi Emas 2030 dan Indonesia Emas 2045 dengan meluncurkan dua program unggulan: GRATISPOL (Gratis Plus Optimal) dan JOS-POL (Jaring Optimalisasi Sosial dan Pelayanan).
Kedua program ini, menurut Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Kaltim, Dasmiah lahir dari hasil pembacaan mendalam atas data dan kebutuhan riil masyarakat.
“Dua program ini bukan sekadar janji politik, tapi merupakan arah pembangunan jangka panjang yang disusun berbasis data,” kata Dasmiah, Selasa (18/6/2025).
Seragam Gratis hingga Kuliah S3
Lewat GRATISPOL, Kaltim menanam investasi jangka panjang: pendidikan. Mulai dari pembagian seragam lengkap — baju, sepatu, hingga tas sekolah — untuk siswa kelas X, hingga beasiswa kuliah S3 bagi warga ber-KTP Kaltim.
Targetnya ambisius, hingga tahun 2030 sebanyak 230 ribu siswa bakal mendapat bantuan seragam gratis. Tahun depan, realisasi awal akan menyasar 61.500 siswa dengan anggaran mencapai Rp222,78 miliar.
“Kami ingin memastikan setiap anak Kaltim, dari pelosok hingga kota, punya akses setara menuju pendidikan tinggi,” ujar Dasmiah.
SMA Negeri 10 Samarinda Jadi Rujukan
Dalam pemaparan roadmap pendidikan, SMA Negeri 10 Samarinda ditampilkan sebagai contoh nyata. Sekolah seluas 52 ribu meter persegi itu mencatat 186 prestasi dalam lima tahun terakhir, dan mengantarkan ratusan siswa ke perguruan tinggi negeri setiap tahunnya.
Sebanyak 763 lulusan diterima di PTN, termasuk 22 siswa yang lolos ke sekolah kedinasan. Dari sekolah inilah potret mimpi pendidikan Kaltim dibentangkan.
Capaian IPM Tiga Besar Nasional
Per Desember 2024, Kalimantan Timur mencatatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi ketiga di Indonesia dengan skor 78,83. Rata-rata lama sekolah mencapai 10,22 tahun, sementara harapan lama sekolah berada di 14,03 tahun.
“Capaian ini menunjukkan arah kebijakan pendidikan kita di Kaltim sudah berada di jalur yang benar,” ucap Dasmiah.
Lebih dari Sekadar Pendidikan
GRATISPOL tidak berhenti di sekolah dan kampus. Internet gratis untuk desa-desa, layanan kesehatan berkualitas, biaya administrasi rumah yang dihapuskan, hingga program umrah dan wisata religi untuk petugas rumah ibadah turut menjadi bagian dari skema layanan publik gratis yang ditawarkan.
“Kami ingin membangun ekosistem pelayanan yang merata, bukan hanya untuk kota besar, tapi juga desa dan wilayah terpencil,” tambahnya.
JOS-POL: Cabang yang Menopang
Jika GRATISPOL adalah batang utama, maka JOSPOL menjadi cabang yang memperluas jangkauan. Fokusnya adalah layanan sosial, kesehatan mental, dan pendidikan non formal. Pesantren dan lembaga rehabilitasi sosial menjadi bagian penting dari skema ini.
“GRATISPOL ibarat batangnya, JOSPOL adalah cabang dan daunnya. Keduanya tidak bisa dipisahkan kalau kita ingin hasilkan generasi emas,” tutup Dasmiah. (J)
