HARIANRAKYAT.CO, SAMARINDA – Partisipasi politik generasi muda dinilai masih rendah di tingkat lokal. Dalam diskusi publik di Samarinda, Andi Muhammad Afif Rayhan Harun mendorong anak muda untuk aktif mengawal demokrasi dari dekat—bukan sekadar jadi penonton.
Dalam diskusi bertajuk “Penguatan Demokrasi Daerah ke-6” yang digelar di Kedai Aubry, Samarinda, pada Minggu, 20 Juli 2025, ia menekankan pentingnya keterlibatan anak muda sebagai agen perubahan di tingkat lokal.
“Politik itu menentukan banyak hal dalam hidup kita, termasuk harga kebutuhan pokok,” kata Afif di hadapan puluhan peserta diskusi.
Ia menyoroti rendahnya partisipasi politik anak muda yang kerap bersikap apatis, padahal mereka memiliki potensi besar dalam mendorong perubahan sosial, ekonomi, maupun kebijakan publik.
Afif juga menggarisbawahi pentingnya pemahaman warga terhadap struktur dan fungsi pemerintahan. Menurutnya, masyarakat perlu kritis dalam menyuarakan pendapat, tetapi tetap memahami batas-batas kewenangan masing-masing level pemerintahan. “Penting untuk tahu mana urusan pemerintah kota dan mana yang jadi ranah pemerintah provinsi,” ujarnya.
Diskusi ini juga menghadirkan Muhamad Yusuf sebagai pemantik. Ia menegaskan bahwa demokrasi yang sehat hanya mungkin terwujud jika warga negara memahami baik hak maupun kewajibannya. Yusuf merinci sejumlah hak konstitusional warga negara, mulai dari hak atas pendidikan dan pekerjaan, hingga perlindungan hukum yang adil.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa hak-hak tersebut harus diimbangi dengan pelaksanaan kewajiban. “Kita punya tanggung jawab menjunjung hukum, menghormati hak orang lain, serta ikut serta dalam pembelaan negara,” kata Yusuf.
Sesi tanya jawab berkembang ke isu multikulturalisme dan keberagaman budaya sebagai kekayaan bangsa. Diskusi juga menyinggung dasar hukum kewarganegaraan dalam Pasal 26 UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, sebagai landasan legal status warga negara Indonesia.
Menutup acara, Afif kembali mengajak peserta, khususnya anak muda agar tidak hanya aktif sebagai pemilih, tetapi juga mengambil peran lebih jauh sebagai pelaku demokrasi di komunitas masing-masing. (J)