HARIANRAKYAT.CO, SAMARINDA – Anggota Komisi III DPRD Kota Samarinda, Muhammad Andriansyah mengomentari terkait pemberitaan yang menyebut Samarinda termasuk dalam lima kota terburuk dalam pengelolaan sampah di Indonesia.
Andriansyah memberikan klarifikasi serta menegaskan kondisi tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan upaya yang sedang dilakukan pemerintah kota.
“Pertama-tama saya ingin meluruskan, itu bukan pernyataan resmi dari Wali Kota atau pemerintah kota. Memang sempat ada berita yang menyebut Samarinda sebagai salah satu dari lima kota dengan pengelolaan sampah terburuk, tapi perlu dipahami, kita belum tahu secara pasti indikator penilaiannya apa saja,” jelas Andriansyah.
Politisi Partai Demokrat yang disapa Aan menambahkan, sistem pengelolaan sampah di Samarinda saat ini memang masih menggunakan metode dumping (buang terbuka) namun pemerintah sudah mulai melakukan peralihan menuju sistem yang lebih modern dan ramah lingkungan.
“Walikota sendiri sudah mengakui kita masih menggunakan sistem dumping, tapi beliau juga sudah memulai proses perubahan. Ini bukan proses yang instan, karena harus melalui studi kelayakan, kajian lingkungan hidup, dan berbagai persiapan lainnya,” ungkapnya.
Salah satu langkah konkret yang tengah dipersiapkan pemerintah kota adalah pembangunan insinerator dan sistem pengolahan sampah per kecamatan. Namun, menurut Andriansyah, proyek ini memerlukan perencanaan matang, termasuk kelengkapan amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) dan keterlibatan masyarakat.
“Insya Allah minggu depan kami dari Komisi III akan memanggil OPD terkait untuk membahas sejauh mana kesiapan proyek-proyek tersebut. Ini penting supaya masyarakat tahu bahwa ada progres dan tidak salah paham soal informasi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Andriansyah menyoroti inisiatif positif dari masyarakat dalam pengelolaan sampah, salah satunya melalui program bank sampah mandiri. Ia mencontohkan program pemilahan sampah rumah tangga di wilayah Sungai Kunjang yang telah berjalan efektif di salah satu perumahan dinas.
“Warga di sana sudah terbiasa memilah sampah dari rumah dan dua minggu sekali mengumpulkannya untuk disetorkan ke bank sampah. Ini contoh nyata yang bisa diadopsi di wilayah lain,” katanya.
Ia pun optimis jika pola seperti ini diperluas dan dibina secara berkelanjutan, maka dalam dua hingga tiga tahun ke depan, pengelolaan sampah di Samarinda akan jauh lebih baik.
“Masalah sampah itu bisa kita selesaikan dari level RT. Dengan dukungan masyarakat dan komitmen pemerintah, saya yakin Samarinda bisa keluar dari stigma buruk ini,” tutupnya. (ADV)