Opini ; Delian Permana – Pelaku UMKM
“Marketplace online seperti Shopee, Tokopedia, hingga TikTok Shop menjadi “mall baru” bagi mereka. Belanja bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, cukup lewat ponsel.”
HARIANRAKYAT.CO – Di era Gen Z dan Gen Alpha, aktivitas belanja tidak lagi identik dengan berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Kini, marketplace online seperti Shopee, Tokopedia, hingga TikTok Shop menjadi “mall baru” bagi mereka. Belanja bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, cukup lewat ponsel.
Selain kemudahan, generasi ini juga cenderung memilih brand yang mewakili nilai-nilai yang mereka yakini, seperti keberlanjutan lingkungan, keberagaman, dan keadilan sosial. Keputusan belanja mereka banyak dipengaruhi oleh tren yang muncul di media sosial, terutama dari influencer dan kreator konten favorit mereka.
Fenomena seperti “haul video” dan “unboxing” di platform seperti TikTok dan Instagram semakin memperkuat budaya belanja impulsif dan berbagi pengalaman. Bagi Gen Z dan Alpha, belanja bukan hanya soal memenuhi kebutuhan, tetapi juga menjadi bagian dari cara mereka mengekspresikan diri dan menunjukkan identitas.
Belajar : Pendidikan Fleksibel dan Digital
Belajar bagi Gen Z dan Gen Alpha telah bergeser jauh dari pola tradisional yang mengandalkan ruang kelas fisik. Generasi ini tumbuh dalam ekosistem digital yang menawarkan fleksibilitas luar biasa dalam cara mereka memperoleh pengetahuan. Platform seperti YouTube Edu, Google Classroom, hingga aplikasi belajar mandiri seperti Ruang guru dan Zenius menjadi bagian penting dari rutinitas belajar mereka. Tidak hanya itu, mereka juga aktif mengeksplorasi skill praktis yang tidak selalu diajarkan di sekolah formal, seperti coding, desain grafis, hingga pembuatan konten digital. Semangat belajar mandiri (self-taught) sangat kuat di kalangan generasi ini, ditunjukkan dengan banyaknya Gen Z dan Alpha yang mengandalkan tutorial online dan kursus singkat untuk mengembangkan kemampuan mereka. Dengan akses yang nyaris tak terbatas terhadap sumber belajar global, pendidikan bagi mereka lebih bersifat personal, praktis, dan berbasis minat.
Berekspresi: Identitas Diri di Dunia Digital
Bagi Gen Z dan Gen Alpha, media sosial bukan sekadar tempat berinteraksi, melainkan menjadi ruang utama untuk berekspresi dan membentuk identitas diri. Platform seperti TikTok, Instagram, hingga YouTube Shorts menjadi “panggung” di mana mereka bisa menunjukkan kreativitas, berbagi opini, dan mengukir eksistensi.
Generasi ini juga lebih terbuka dalam mengangkat berbagai isu sosial seperti kesehatan mental, keberagaman gender, dan kelestarian lingkungan, menjadikan ekspresi mereka bukan hanya soal hiburan, tetapi juga sarana edukasi dan advokasi. Dengan kreativitas yang nyaris tanpa batas, mereka mampu menciptakan konten yang unik—mulai dari meme lucu, video tutorial, hingga proyek bisnis kecil-kecilan. Di dunia digital ini, ekspresi diri menjadi cara penting untuk membangun koneksi, mencari validasi, sekaligus membentuk komunitas dengan nilai dan minat yang sejalan.
Implikasi untuk Masa Depan
Pola belanja, belajar, dan berekspresi yang dijalani Gen Z dan Gen Alpha membentuk karakter baru yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tumbuh sebagai individu yang lebih adaptif, kreatif, dan sadar akan isu-isu global. Namun, perubahan ini juga membawa tantangan besar, seperti kecenderungan adiksi digital, tekanan sosial akibat standar kehidupan yang dibentuk media sosial, hingga pencarian identitas yang lebih kompleks. Meski begitu, di balik tantangan tersebut, ada peluang besar: generasi ini memiliki potensi untuk menjadi inovator, entrepreneur muda, dan agen perubahan sosial. Dengan pendekatan yang tepat—baik dari keluarga, pendidik, maupun pelaku bisnis—Gen Z dan Alpha bisa diarahkan untuk memanfaatkan gaya hidup mereka secara positif, membangun masa depan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan kreatif.
Penutup
Melihat pola belanja, belajar dan berekspresi Gen Z dan Gen Alpha, jelas bahwa gaya hidup mereka merepresentasikan pergeseran besar dalam cara manusia beradaptasi dengan dunia digital. Mereka bukan hanya pengguna teknologi, tetapi juga pembentuk budaya baru yang lebih dinamis dan beragam. Memahami rutinitas dan nilai-nilai mereka menjadi kunci penting, baik bagi orang tua, pendidik, hingga pelaku industri, untuk bisa berinteraksi dan mendukung perkembangan mereka secara positif. Dengan bimbingan yang bijak dan ruang ekspresi yang sehat, Gen Z dan Gen Alpha berpotensi besar menjadi generasi pembawa perubahan yang membangun masa depan lebih inklusif, inovatif, dan berkelanjutan. (*)